BT, KARAWANG – Budidaya ikan kini bukan lagi sekadar urusan nelayan tradisional.
Di Karawang, Jawa Barat, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memperlihatkan wajah baru sektor perikanan Indonesia: modern, ramah lingkungan, dan penuh potensi ekspor.

Yang menarik, ia tak sendiri. Selebritas Raffi Ahmad hadir bersama Ariel NOAH, Gading Marten, dan Desta—kompak mendukung budidaya nila salin (BINS) sebagai bagian dari transformasi ekonomi biru.
Kunjungan ke lokasi modeling BINS di Karawang, Sabtu (2/11), menjadi panggung penting untuk menunjukkan bagaimana tambak-tambak tradisional bisa disulap menjadi pusat produksi ikan modern berorientasi ekspor.
Raffi dan rekan-rekannya dari kelompok The Dudas-1 ikut meninjau langsung tambak yang kini dikelola dengan sistem canggih seperti Intake Air Laut dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
“Melalui pembangunan modeling nila salin di Karawang, KKP ingin menjadikan daerah ini sebagai contoh nyata penerapan ekonomi biru, yakni pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Menteri Trenggono.
Karawang dipilih karena memiliki lahan tambak potensial yang sebelumnya belum termanfaatkan secara optimal. Lewat program ini, lahan idle diubah menjadi tambak nila salin yang efisien dan produktif—membuka peluang kerja baru, khususnya bagi generasi muda.
Tak hanya menanam, budidaya ini pun mengusung semangat Indonesia Emas 2045. Menteri Trenggono menegaskan bahwa sektor budidaya berperan besar dalam mendorong kemandirian pangan dan ekonomi daerah.
“Budidaya ikan bukan hanya tentang produksi, tetapi juga masa depan pangan nasional, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Dengan teknologi yang tepat, tambak dapat menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya.
Kehadiran Raffi Ahmad, Ariel, Gading, dan Desta menambah semarak kunjungan. Antusiasme masyarakat pun terlihat saat para figur publik itu berinteraksi langsung di tambak. Menteri Trenggono berharap kolaborasi ini bisa menarik perhatian anak muda pada dunia perikanan modern.
Dengan cara yang lebih dekat dan kekinian, sektor perikanan kini bukan cuma menjanjikan, tapi juga tampil keren dan berdaya saing tinggi.
Dalam kesempatan tersebut, Raffi Ahmad menyampaikan kekagumannya terhadap inovasi yang dikembangkan KKP. Menurutnya, modeling BINS di Karawang merupakan terobosan besar yang dapat membuka lapangan kerja baru sekaligus menyediakan sumber protein hewani yang sehat bagi masyarakat.
“KKP luar biasa. Punya modeling seperti budidaya ikan nila salin yang punya peran penting dalam menyediakan sumber protein hewani yang sehat dan bergizi. Terima kasih sudah memperkenalkan kami pada inovasi yang bukan hanya meningkatkan produksi ikan, tapi juga membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Raffi Ahmad.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan BINS Karawang dirancang untuk meningkatkan produktivitas secara signifikan melalui penerapan teknologi modern dan sistem manajemen yang efisien.
Dengan pendekatan baru ini, produktivitas tambak yang sebelumnya hanya sekitar 0,6 ton per hektare per siklus kini mampu meningkat hingga 80 ton per hektare per siklus.
Peningkatan tidak hanya berpengaruh pada volume produksi dan ekspor, tetapi juga membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat sekitar serta memperkuat ekonomi daerah melalui aktivitas pendukung seperti pakan, logistik, dan pengolahan hasil perikanan.
Lebih lanjut, Tb Haeru menjelaskan bahwa ikan nila salin dipilih karena keunggulannya yang mampu hidup di air payau dengan kadar garam hingga 20 ppt. Jenis ini sangat cocok untuk lahan tambak di pesisir. Selain pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap penyakit, nila salin juga memiliki pasar yang luas baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Berdasarkan data, permintaan global ikan tilapia mencapai 7,84 juta ton pada tahun 2024 dan diproyeksikan meningkat menjadi 8,9 juta ton pada tahun 2030. Di dalam negeri, permintaan juga terus meningkat dan diperkirakan menembus 2,36 juta ton pada tahun yang sama. Dari sisi produksi, Indonesia kini menjadi produsen tilapia terbesar kedua di dunia dengan produksi sekitar 1,4 juta ton atau 20,5 persen dari total produksi dunia, setelah Tiongkok. Indonesia juga tercatat sebagai eksportir nila terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan Kolombia.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Trenggono juga menunjukkan area pembangunan BINS Karawang seluas 230 hektare yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung lengkap, seperti intake air laut dan tawar, area pembesaran, IPAL serta fasilitas kawasan terpadu. Dengan penerapan sistem modern dan pengelolaan terintegrasi, BINS Karawang ditargetkan mampu meningkatkan produktivitas hingga 84 ton per hektare per tahun dengan volume produksi mencapai 11.150 ton per tahun. Proyek ini juga diproyeksikan membuka lapangan kerja baru bagi sekitar 500 orang.(****)









