BT. JAKARTA — Riwayat eksplorasi karya Gara sudah cukup bervariasi; dari aliran Hendra Gunawanisme hingga sampai di aliran sang maestro Belanda Vincent van Gogh, tertuang dalam goresan warna karya Putra Gara.
Hal itu diungkapkan Tiara “Nostradamus” Mba, seorang Therapis Art saat diskusi dengan Putra Gara di Galeri Darmin Kopi, Duren Tiga – Jakarta Selatan, saat mempersiapkan pameran lukisan tungkal ke-2 Gara yang mengambil tema Warna Rupa Putra Gara.

“Dari beberapa karya yang dipamerkan kali ini, bertemakan kisah manis di tempat pembuangan sampah, goresan kasar seolah bertabrakan striking dengan hamparan warna-warni cat air dan minyak yang seolah menyajikan alunan melodi rock n roll,” ungkap Tiara.

Pernyataan Tiara sepintas terdengar brutal namun bila mampu menikmati hitungan nada iramanya bisa menjadi simfoni indah yang pecah!
“Saya banyak melihat gairah Gara dalam berkarya terus berubah-ubah. Iya seperti tidak pernah puas dengan warna gayanya. Satu sisi kadang realis, sisi yang lain ekspresionis. Bahkan terlihat juga gaya dekoratif kartunal,” kata Tiara.
Menurut Tiara, dilihat dari gayanya lukisan Gara memang tak pernah stag pada satu titik aliran. Dia seakan memiliki pemikiran dan pemahamannya sendiri.
“Mungkin seperti namanya Gara – menyala – ia terus bergerak berkarya, demi mencapai titik klimaks pencapaiannya. Apa pun itu, selamat untuk Putra Gara,” tutup Tiara. ***









