Wartatrans.com, ACEH — Banjir bandang dan longsor yang terjadi di beberapa wilayah Aceh memukul sektor pertanian. Sudah tentu para petani menghadapi kerugian besar akibat gagal panen, rusaknya tanaman muda, hingga infrastruktur pertanian yang hancur diterjang air. Kondisi ini membuat mereka mendesak pemerintah untuk menghadirkan solusi permanen agar musibah serupa tidak terus berulang setiap musim hujan.
Banjir yang merendam area persawahan membuat tanaman padi terancam rusak total. Di Subulussalam, misalnya, sekitar 10 hektare sawah dipastikan gagal panen, sementara 15 hektare lainnya tidak dapat dipanen secara maksimal karena tanaman terendam dalam waktu lama. Kerugian semakin besar karena sebagian petani sudah berada pada masa panen.

Di Takengon Aceh Tengah, banjir juga menyebabkan bibit padi dan tanaman muda hanyut. Bibit yang baru ditanam tidak mampu bertahan, sehingga petani harus kembali menyiapkan lahan dan melakukan penanaman ulang.
“Selain merusak tanaman, banjir turut menghancurkan infrastruktur pertanian, mulai dari jaringan irigasi, saluran drainase, hingga fasilitas penyimpanan hasil panen. Kerusakan ini membutuhkan biaya besar dan waktu panjang untuk kembali berfungsi,” ungkap Adung, petani yang lahan pertaniannya hancur dihantam banjir.
Kondisi banjir juga mempersulit proses panen. Ada petani yang terpaksa memanen lebih dini atau bahkan harus menggunakan perahu untuk menjangkau sawah yang terendam guna menyelamatkan padi yang masih hijau. Situasi seperti ini menyebabkan penurunan kualitas dan produktivitas hasil panen.
Pemerintah desa telah melaporkan kondisi banjir ke instansi terkait untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Meski begitu, petani menegaskan perlunya langkah yang lebih strategis. Mereka berharap pemerintah membangun infrastruktur pengendali banjir secara permanen, seperti pembuatan talut di sepanjang sungai.
“Solusi jangka panjang ini dinilai penting agar air tidak terus meluap dan merendam persawahan setiap musim hujan,” kata Adung lagi, yang juga mengatakan baru tahun ini banjir melanda beberapa wilayah di Aceh dan kota lainnya.
Para petani berharap musibah tahunan ini mendapat perhatian serius, agar ketahanan pangan daerah tidak terus tergerus dan penghasilan mereka dapat kembali stabil.*** (Jasa)









